Makalah KIMIA
“ Biosolar sebagai alternatif BBM
“
Nama : Tita Nafiannisa
Kelas : X 10
MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA
MADIUN
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Warrahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur atas kehadirat Allah swt,atas rahmat,taufik serta
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Dengan tugas ini
diharapkan dapat membantu saya dalam memahami pelajaran,serta dapat menambah
minat kami untuk mempelajari pelajaran ini lebih lanjut. Saya telah berusaha
menyusun artikel ini sebaik mungkin.Tetapi, tugas yang saya buat masih jauh
dari kata sempurna,oleh karena itu saya mohon bapak/ibu guru dapat
memakluminya. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu saya dalam menyusun tugas ini:
1.Bapak ibu guru yang telah
mempercayakan kepada saya menyelesaikan tugas ini.
2.Orang Tua yang telah memberi
dukungan kepada saya.
3.Teman-teman yang telah memberi
motivasi kepada saya.
Demikian yang dapat kami sampaikan
kami mohon maaf apabila dalam penyusunan tugas ini masih terdapat kekurangan.
Wassalamualaikum.
Pembimbing Madiun,26
Des 2013
Muhammad
Romadlon Penyusun
DAFTAR ISI
1.
Kata Pengantar.......................................................................................................
1
2.
Daftar
Isi................................................................................................................
2
3.
BAB I
1.1
Pendahuluan..................................................................................................
3
1.1.1
Latar belakang................................................................................
3
1.1.2
Rumusan masalah...........................................................................
3
1.1.3
Tujuan.............................................................................................
4
4.
BAB II
1.1
Pembahasan................................................................................................
5
1.1.1
Pengertian biosolar……………………………….........................
5
1.1.2
Keunggulan dan kelemahan biosolar.............................................
5
1.1.3
Cara pengolahan biosolar…………...............................................
7
5.
BAB III
1.1
Penutup
1.1.1
Kesimpulan....................................................................................
10
1.1.2
Saran..............................................................................................
10
1.1.3
Daftar
pustaka................................................................................
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penghematan energi dan
penggunaan sesuai kebutuhan mutlak diperlukan. Guru Besar Institut Teknologi
Sepuluh Nopember 1945 Surabaya, Djoko Sungkono, Rabu (27/7/2011), menjelaskan, menurut
para ahli minyak bumi, gas alam, dan batu bara yang dikatakan sebagai bahan
bakar fosil diperkirakan akan habis 30 tahun lagi, bahan bakar gas habis dalam
kurun waktu 70-80 tahun, dan bahan bakar padat 120 tahun lagi. Sehingga
diperlukan penghematan untuk bahan bakar fosil, tetapi jika kebutuhan akan
bahan bakar juga banyak bagaimana cara mengatasinya.
Salah satu cara
mengatasi krisis energi bahan bakar fosil ini yaitu menggunakan energi
alternatif, dimana energi alternatif yang dapat diperbarui dan banyak tersedia
di alam. Salah satu alternatif cara yaitu menggunakan bahan bakar nabati.
Dimana nabati berasal dari tumbuhan yang selalu dapat diperbarui dan banyak
tersedia di alam, apalagi di indonesia yang memiliki berbagai macam tumbuhan
dan energi alternatif lain.
Bahan bakar yang sering
digunakan saat ini adalah solar dimana sekarang ini masih banyak tersedia di
alam, tetapi bagaimana beberapa tahun lagi. Alasan inilah yang membuat penulis
mengambil topik ini. Dimana banyak kabar yang tersiar bahwa solar dapat diganti
dengan alternatif bahan bakar lain yang lebih banyak keberadaanya di alam dan
dapat diperbarui.
Dan membuat penulis
ingin mengetahui apakah benar adanya bahwa terdapat alternatif bahan bakar lain
pengganti behan bakar diesel yang banyak terdapat di alam dan dapat diperbarui.
1.2 Rumusan masalah
1.
Apa itu biosolar ?
2.
Bagaimana keunggulan dan
kelemahan dari biosolar ?
3.
Cara membuat biosolar
menjadi alternatif BBM ?
1.3 Tujuan
1.
Pembaca dapat mengetahui
apa biosolar itu
2.
Pembaca dapat mengetahui
keunggulan dan kelemahan dari biosolar.
3.
Pembaca dapat mengetahui
tahap pembuatan biosolar menjadi alternatif BBM.
BAB II
Pembahasan
A.
Pengertian biosolar
Biosolar
adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari bahan terbarukan atau
secara khusus merupakan bahan bakar mesin diesel yang terdiri atas ester alkil
dari asam-asam lemak yang dibuat dari minyak nabati, minyak hewani atau dari
minyak goring bekas/daur ulang melalui proses trans atau esterifikasi (bahan
bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping Bio-etanol.
Biodiesel
adalah biofuel yang terdiri dari ester monoalkyl yang berasal dari minyak
organik, tanaman atau hewan, melalui proses tranesterification. Reaksi
transesterifikasi biodiesel sangat sederhana:
Trigliserida + 3 Methanol → ← Katalisator → Glycerine + 3 Methyl
Esters (Biodiesel)
Biosolar merupakan campuran
solar dengan minyak nabati yang didapatkan dari minyak kelapa sawit atau crude
palm oil (CPO). Sebelum dicampurkan minyak kelapa sawit direaksikan dengan
methanol dan ethanol dengan katalisator NaOH atau KOH untuk menghasilkan fatty acid methyl ester (FAME).
Untuk Biosolar jenis B-5 yang dijual saat ini mengandung 5 persen campuran
FAME.
Sebelum
dicampurkan, laboratorium pengujian yang dimiliki Pertamina selalu memastikan
FAME yang dipakai memenuhi standar spesifikasi yang sudah ditetapkan. Harus
dipastikan tidak ada bakteri karena dapat merusak kulaitas bahan bakar saat
didistribusikan. Biosolar B5 dapat dipakai pada mesin diesel standar tanpa
perlu perubahan atau modifikasi
B. Keunggulan
dan kelemahan biosolar
Keunggulan Biosolar
Dengan
kandungan minyak nabati, BBM menjadi lebih ramah lingkungan. Kepala Divisi BBM
Pertamina, Djaelani Sutomo mengatakan Biosolar memiliki angka cetane 51 hingga
55 atau lebih tinggi daripada solar standar yang sekitar 48. Padahal, makin
tinggi angka cetane, makin sempurna pembakaran sehingga polusi dapat ditekan.
Kerapatan energi pervolume yang diperoleh juga makin besar. Selain itu,
campuran FAME menurunkan sulfur sehingga tidak lebih dari 500 ppm.
Biodiesel
atau Biosolar ini memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan bentuk
energi lain. Lebih mudah ditransportasikan; memiliki kerapatan energi per
volume yang lebih tinggi; memiliki karakter pembakaran yang relatif bersih; dan
ramah lingkungan.
Kelemahan Biosolar
Tidak
seperti solar murni, ternyata Biosolar memiliki kelemahan. Kelemahannya tak
cocok dipakai untuk kendaraan bermotor yang memerlukan kecepatan dan daya,
karena biodiesel menghasilkan tenaga yang lebih rendah dibandingkan solar
murni.
Mayoritas
kendaraan alat angkutan bertonase besar (Truk, Bis, dll) di Indonesia adalah
bermesin diesel konvensional, belum bermesin diesel modern Common Rail. Apalagi
mesin diesel sebelum tahun 2000, apakah dengan memakai Biosolar yang
memiliki angka cetane 51 hingga 55 atau lebih tinggi daripada solar standar
yang sekitar 48 tersebut tidak berdampak negatif pada daya tahan mesin diesel
‘Jadul’. Jaminan Pertamina bahwa Biodiesel dapat langsung dipakai pada
mesin diesel standar tanpa perlu perubahan atau modifikasi tersebut harus lebih
disosialisasikan lagi ke masyarakat luas tentunya harus dengan pembuktian uji
secara teknis.
Kelemahan
yang belum kita ketahui adalah jika katakanlahlaboratorium pengujian yang
dimiliki Pertamina telah selalu memastikan FAME yang dipakai memenuhi standar
spesifikasi yang sudah ditetapkan sehingga dipastikan tidak ada bakteri karena
dapat merusak kualitas bahan bakar saat didistribusikan. Bagaimana jika bakteri
itu muncul justru pada saat proses distribusi berlangsung akibat tidak
terkontrolnya standar kualitas alat distribusi dan penyimpanan Biosolar sampai
di tingkat SPBU. Apakah hal ini juga bisa menurunkan kualitas bahan bakar ?
Seperti
yang telah disebutkan di atas, bahwa Biodiesel atau Biosolar menghasilkan
tenaga yang lebih rendah, maka bagi kendaraan alat angkut beban bertonase besar
Biosolar ini justru menjadi kontra produktif, sebab mesin menjadi berkurang
tenaganya bila dibanding saat memakai solar. Hal ini sangat dirasakan oleh Truk
besar pengangkut pasir atau batu, sejak memakai Biosolar tenaga Truk dengan
muatan yang sama seperti biasanya ternyata jadi lebih lemah.
Disinilah
Pertamina dituntut untuk lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat luas
tentang keunggulan dan kelemahan Biosolar atau Biodiesel tersebut. Semoga
semangat menuju pengurangan pencemaran udara dari emisi kendaraan bermotor
(khususnya dari mesin diesel) tidak berbanding lurus dengan pengurangan kinerja
tenaga mesin diesel itu sendiri.
C. Cara pengolahan biosolar
Biosolar
atau disebut juga biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, minyak hewani atau
dari minyak goreng bekas/daur ulang. Dan berikut ini cara pengolahan bahan
alami untuk menjadi biosolar.
1.
Tanaman Jarak Sebagi
Energi Alternatif
Dan
salah satu energi yang banyak terdapat di alam yaitu tumbuhan, diman tumbuhan
banyak terdapat di alam dan dapat terus diperbarui. Tanaman jarak penghasil
biodiesel ini berasal dari jenis tanaman jarak pagar yang dalam bahasa Inggris
bernama ‘Physic Nut’ dengan nama species Jatropha curcas, tanaman
ini seringkali salah diidentifikasi dengan tanaman jarak yang dalam bahasa
Inggris disebut ‘Castor Bean’ dengan nama species Ricinus communis.
Kedua tanaman ini
berasal dari kerabat klasifikasi tanaman (family) yang sama yaitu
‘Euphorbiaceae’. Tidak sedikit dari kerabat klasifikasi tanaman Euphorbiaceae
ini dikenal dengan nama lokal Indonesia sebagai tanaman jarak. Bahkan Jatropha
sendiri sebagai sebuah ‘genus’ dalam klasifikasi tanaman memiliki 12 species,
semuanya dikenal dalam nama lokal sebagai ‘tanaman jarak’.
Menjelang
pertengahan tahun 2004 yang lalu, DaimlerChrysler, salah satu perusahaan
otomotif terkemuka, berhasil mengujicobakan penggunaan bahan bakar BTL (Biomass
to Liquid) pertama di dunia pada mobil Mercedes-Benz seri C (Mercedes-Benz C
220, red.), menempuh jarak 5.900 km dalan kondisi lingkungan yang ekstrim di
India (India Daily, 19/7/2004). Bahan bakar tersebut kemudian diberi nama
dagang SunDiesel, diperoleh dari minyak jarak dan merupakan salah satu program
DaimlerChrysler dalam mengembangkan Biodiesel.
Manfaat
minyak jarak sebagai substitusi bahan bakar sebetulnya telah lama diketahui.
Misalnya melalui review yang dipublikasikan oleh Gubitz dkk (1999) pada jurnal
Bioresource Technology edisi 67, disebutkan bahwa tahun 1997 grupnya di
Austria, telah mempublikasikan hasil uji adaptasi minyak jarak pada mesin
diesel standar. Di dalam review tersebut juga disebutkan bahwa jauh sebelum
pengujian tersebut dilaksanakan, pada tahun 1982, peneliti dari Jepang juga
telah memperoleh hasil memuaskan dalam menguji performansi mesin dalam
menggunakan minyak jarak di Thailand.
Pengembangan
minyak dari tanaman jarak melalui pendekatan ilmiah di Indonesia, dipelopori
oleh Dr. Robert Manurung dari Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak tahun 1997
dengan fokus ektraksi minyak dari tanaman jarak. Sejak tahun 2004 yang lalu,
penelitian ini mendapat dukungan dari Mitsubishi Research Institute (Miri) dan
New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) dari
Jepang (Kompas, 12/5/2005).
Menghadapi
krisis kelangkaan BBM dan kenaikan harga BBM di Indonesia, Pemerintah mulai
menggali sumber-sumber energi alternatif. Minyak jarak ini pun mulai
mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah. Setelah dirintis oleh ITB
kemudian diikuti oleh IPB, dan selanjutnya diikuti oleh lembaga pemerintah
pusat yaitu BPPT, dan oleh pemerintah daerah seperti Pemprov. Nusa Tenggara
Timur, Pemprov. Nusa Tenggara Barat, Pemkab. Purwakarta dan Pemkab. Indramayu,
serta oleh BUMN seperti PT. Pertamina, PT. PLN dan PT. Rajawali Nusantara
Indonesia (RNI), semua saling bekerja sama untuk pengembangan minyak jarak
sebagai bahan bakar minyak alternatif ini. Tidak ketinggalan Sekolah Menengah
Kejuruan bidang pertanian pun akan mengikuti pengembangan minyak jarak ini,
untuk bahan bakar minyak alternatif.
Setidaknya
ada satu optimisme peluang pasar minyak jarak ini cukup terbuka dengan munculnya
pernyataan Direktur Utama Pertamina yang menyebutkan bahwa Pertamina siap
menampung minyak jarak dari masyarakat untuk diproses lebih lanjut sebagai
Biodiesel (www.pertamina.com , 18/8/2005). Bahkan Jepang yang terikat komitmen
Protokol Kyoto bersiap-siap membeli produk energi alternatif dari minyak jarak
ini.
Cara Mengolah
Proses pengolahan minyak jarak untuk
menghasilkan biodiesel relatif mudah. Untuk menghasilkan minyak dalam skala
kecil (0,5-0,6 ton perawatan hari) cukup dengan mengepres biji jarak yang sudah
kering menggunakan mesin diesel satu silinder, sehingga menghasilkan minyak
jarak kasardan bungkil.
Tahap selanjutnya adalah menyaring
menggunakan mesin penyaring sehingga dihasilkan minyak jarak bersih. Kemudian
dilakukan proses pemurnian terhadap minyak jarak yang sudah bersih sampai
menghasilkan minyak jarak murni yang siap dijual.
Biodiesel yang diperoleh dari tanaman jarak berupa minyak jarak
yang diperoleh dari biji jarak. Menurut Tatang H. Soerawidjaya (2005:1)
biodiesel yang dihasilkan dari tanaman Jarak Pagar merupakan minyak lemak
semimulus (semi refined fatty oil), yang telah dibersihkan dari
fosfor dan asam-asam lemak. Dalam hal ini fosfor merupakan zat yang merugikan
karena mesin diesel dapat mengubah fosfor ini menjadi garam atau asam fosfat
yang mengendap menjadi kerak di dalam kamar pembakaran atau terbawa keluar
sebagai pencemar udara oleh emisi gas buang.
2.
Cara membuat Biosolar / Biodiesel dari
Minyak Jelantah
Langkah-langkah yang
harus dilakukan :
1. Bahan pelarut (metoxida) dibuat dengan mencampurkan 900 ml methanol
dan 21 gram NaOH hingga larut selama
15 menit
2. Campurkan metoxida ke dalam ember berisi 3 liter minyak jelantah dan
aduk memakai sendok plastik selama 30 menit atau campuran sudah rata
3. Biarkan 4-12 jam sampai terjadi pengendapan
4. Pengendapan ditandai dengan dua lapisan berbeda warna dengan lapisan
gelap berada di bawah yang disebut crude
gliserin, sedangkan lapisan atas
berwarna bening, crude BD.
5. Pisahkan crude biodisel dari crude gliserin lalu masukkan
ke ember untuk
dicuci dengan cara mencampurkan air bersih
sebanyak dua liter.
6. Pompakan udara melalui pompa udara akuarium dan biarkan beberapa
saat sehingga muncul warna putih susu
7. Pisahkan crude biodiesel yang berwarna kuning dengan air
warna putih
melalui selang
8. Biodiesel yang telah bening dimasukkan ke panci lalu panaskan hingga 100
derajat beberapa
menit agar air dan sisa methanol menguap.
9. Biodiesel yang telah dipanaskan dan didinginkan dapat langsung dipergunakan untuk mobil maupun mesin
diesel industri
BAB
III
Penutup
A.
Kesimpulan
Bahan bakar fosil merupakan energi yang tidak
dapat diperbarui dan keberadaanya mulai berkurang sekarang ini, dan salah
satunya adalah solar, bahan bakar jenis ini memiliki banyak dampak bagi
lingkungan kita dan menyebabkan krisis energi bila digunakan berlebihan.
Salah satu cara mengatasi masalah ini
dengan menggunakan energi alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai energi
pengganti bahan bakar fosil ini. Di indonesia banyak energi alternatif yang
tersedia, dan salah satu yang tersedia adalah tumbuhan yang bermacam-macam.
Tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bakar alternatif pengganti solar yaitu tanaman jarak pagar, yang dapat diolah
menjadi biosolar dengan proses proses yang relatif mudah.
Manfaat dari energi alternatif ini cukup banyak,
mulai dari ramah lingkungan, tidak merusak dan dapat menjaga kelestarian alam,
dan bermanfaat di bidang ekonomi.
B.
Saran
Bahwa apa yang ada dalam
makalah ini hasil pemikiran saya dan juga saya ambil dari berbagai referensi
yang berkaitan dengan judul yang ditigaskan kepada kami. Untuk itu marilah
kita ambil hikmah dan manfaatnya. Adapun yang menjadi saran kami agar isi
makalah ini lebih ditingkatkan lagi, dengan mencari sumber-sumber lain. Semoga
makalah ini dapat menjadi referensi untuk menambah ilmu pengetahuan.
C. Daftar Pustaka