Minggu, 14 Oktober 2018


Fasa, Komponen, dan Derajat Kebebasan
A.     Fasa (p)
Fasa adalah keadaan materi yang beragam baik dalam komposisi kimia atau fisiknya . Fasa termasuk bagian yang termasuk homogen dari sebuah sistem dengan mempunyai batas yang jelas dan dapat dipisahkan dengan cara mekanik. Jika dalam fasa cair komponen kerapatan akan sama terhadap seluruh bagian dalam zat cair tersebut, seperti halnya pula pada fasa uap (Atkins,1996).
Banyaknya fase ditunjukkan dengan P. Dalam hal ini yang termasuk dalam fase tunggal yaitu, gas/campuran, kristal, dan dua senyawa yang dapat bercampur keseluruhan, jika campuran dari dua logam termasuk sistem dua fasa (Atkins,1996). Pada persamaan Clausius dan Clausius Clayperon menyatakan hubungan perubahan tekanan kesetimbangan dengan suhu pada sistem satu komponen. Fasa merupakan senyawa homogen dan dapat dipisahkan, memiliki sifat fisik dan kimia yang tidak sama, dapat terpisahkan dengan cara mekanik. Berikut ini penggolongan dari beberapa fasa (Endang,2008) :
1.      Sistem Satu Fasa
Ketika terdapat dua cairan yang bercampur homogen. Menurut (Dogra,2009) bahwa satu fasa membutuhkan dua derajat kebebasan untuk membentuk sistem yang sempurna .
2.      Sistem Dua Fasa
Ketika terdapat cairan polar bersama dengan cairan non polar. Menurut (Dogra,2009) bahwa sistem dua fasa hanya membutuhkan satu derajat kebebasan.
3.      Sistem Belerang Padat (rombik dan monoklin)
4.      Sistem Tiga Fasa
Yang meliputi bagian dari sistem tiga fasa adalah es, uap air, dan air.


B.     Komponen (C)
Komponen merupakan suatu materi dalam sistem pada larutan biner. Komponen C dapat diukur berdasarkan minimum spesies bebas untuk menentukan komposisi suatu fasa . Misal dari sistem satu komponen (C=1) adalah air murni dan jika air dengan etanol maka sudah termasuk dalam sistem dua komponen (C=2). Berikut cara menghitung banyaknya komponen suatu fasa (Atkins,1996):

C = S – R

Keterangan
C = Komponen
S = Spesies atau molekul
R = Relasi yang terjadi

Dalam sistem komponen tunggal dapat merubah bebas antara tekanan dengan suhu jika sistem fasanya tunggal (P=1), berdasarkan perhitungan J.W. Gibs pada teori aturan fasa menunjukkan hubungan antara F dengan komponen, jumlah fasa pada kesetimbangan sebagai berikut (Atkins,1996):

P + F = C + N ......................................................................... (1.1)

Dengan N sebagai jumlah variabel non komposisi

P + F = C + 2 ........................................................................... (1.2)

Keterangan :
P = Jumlah fasa
F = Derajat kebebasan
C = Jumlah komponen
N =Jumlah variabel non komposisi

C.     Derajat Kebebasan
Derajat kebebasan adalah jumlah minimum variabel intensifnya diperlukan untuk menentukan keadaan suatu sistem. Derajat kebebasan digunakan untuk menghitung minimal variabel intensifnya dalam suatu sistem. Variabel intensif adalah variabel yang tidak terpegaruh dengan banyaknya partikel, jika variabel ekstensif berpengaruh dengan banyaknya partikel.Dengan aturan fasa Gibbs (Rohman,2004):

F : C – P + 2 ..............................................................................(1.3)

Keterangan :
F : Derajat Kebebasan
C : Komponen
P : Fasa

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W. 1996. Kimia Fisika Jilid 1 edisi keempat. Jakarta : Erlangga
Dogra, S. K. 2009. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta : UI – Press
Rohman, Ijang dan Sri Mulyani. 2004. Kimia Fisika I .Jakarta : JICA
Widjajanti, Endang LFX. 2008. Kesetimbangan Fasa. Yogyakarta : UNY - Press